Rabu, 25 Desember 2019

TRANSPLANTSI TERUMBU KARANG LANGKAH KECIL MELINDUNGI LAUTAN

TRANSPLANTSI TERUMBU KARANG
LANGKAH KECIL MELINDUNGI LAUTAN


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan laut yang lebih luas dari daratan sehingga disebut negara Maritim, yaitu sekitar 7,81 juta km². Luasnya wilayah laut indonesia tentunya menjadikan. Indonesia memiliki sebaran terumbu karang yang luas dan beragam pula. Terumbu karang tak hanya berdiri sendiri namun terjadi timbal balik antara terumbu karang dengan komponen abiotik atau lingkungan laut tempatnya hidup. Selain itu,terumbu karang juga bersimbiosis dengan mahluk hidup atau biota laut lainnya. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang  memiliki produktivitas dan keragaman hayati ( biodiversity ) yang tinggi baik jenis ikan maupun non-ikan (invertebrata).  



Gambar 1.1 Ekosistem Terumbu Karang di pantai Sandro Pole
Manfaat dan Fungsi dari Ekosistem Terumbu Karang
a)      Fishing Ground atau merupakan daerah pemancingan ikan, dimana terumbu karang menjadi tempat hidup ikan karang yang memiliki ukuran yang beragam dengan pergerakan yang tidak secepat atau seaktif ikan laut lepas sehingga menjadi daerah yang ideal untuk memancing ikan.
b)      Nursery Ground atau daerah pemeliharaan dan penjagaan bagi telur-telur ikan yang diletakkan di dalamnya, dan ikan-ikan kecil dari predator ukuran besar yang tidak dapat masuk ke sela-sela terumbu karang tersebut.
c)      Daya tarik wisata bahari
d)     Sebagai pelindung pantai dari abrasi dan gempuran ombak sehingga tidak mengikis garis pantai (Damanhuri,2003)
Walau dengan banyaknya manfaat yang dimiliki terumbu karang maka banyak pula ancaman yang menghadapi ekosistem terumbu karang terutama dari manusia sebagai kontributor terbesar dalam kerusakan terumbu karang seperti pencemaran, menggunakan racun dan bom saat menangkap ikan, juga pariwisata bahari.                 
  Keindahan ekosistem terumbu karang sangat memikat hati para pecinta keindahan dari seluruh dunia tentunya, banyak orang yang sangat tertarik keindahan terumbu karang namun sadar atau tidak sadar, mereka telah merusak keindahan alam tersebut, orang-orang awam atau penyelam yang belum handal yang menginjak terumbi karang secara langsung telah merukan ekosistem terumbu karang itu sendiri. Kapal-kapal yang mengantar para turis atau penyelam kadang pula melepas jangkarnya di sembarang tempat hingga menyebabkan karang yang terkena jangkar tersebut rusak.
Sadarkah kita, bahwa satu langkah kecil yang kita lakukan saat ini dapat mempengaruhi suatu kehidupan puluhan tahun ke depan?  Tentunya kita tidak mau di cap dalam sejarah hidup sebagai seorang perusak ekosistem. Oleh karena itu, lakukanlah suatu tindakan yang dapat menyelamatkan ekosistem ini dan jadilah seseorang  yang memperbaiki bukan merusak.   Seperti transplantasi terumbu karang yang di lakukan Mahasiswa-mahasiswa dari Fakultas Bioteknologi , Universitas Teknologi Sumbawa. Kegiatan tersebut merupakan kuliah Lapangan yang dirangkaikan dengan kegiatan memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada hari Minggu, 28 Oktober 2018.


Transplantasi terumbu karang sendiri merupakan suatu teknik rehabilitasi terumbu karang untuk menjaga kelestarian terumbu karang, salah satu metode yang dilakukan adalah dengan pencangkokan terumbu karang. Proses ini diawali dengan memotong terumbu karang dari indukan terumbu karang yang masih hidup secara hati-hati untuk kemudian potongan terumbu karang tersebut diletakkan dan diikat pada media cetakan semen sebagai menggati batu untuk tempat menempelnya terumbu karang agar tidak terseret arus. Kemudian media dan terumbu karang dipindahkan dan ditumbuhkan pada daerah dengan jumlah terumbu karang yang rendah.

Didampingi Bapak Izzul Islam,S.Pi. M.Eng. dan berlokasi di Pantai Ai Lemak, kegiatan yang dilakukan oleh kurang lebih 100 mahasiswa Bioteknologi ini diharapkan dapat menjadikan ekosistem terumbu karang dipantai tersebut terjaga kelestariannya, dan dengan persebaran terumbu karang yang merata, serta meningkatkan biodiversitasnya. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi contoh untuk seluruh pemuda untuk menjaga lautnya dan ikut serta dalam pemeliharaannya.

Referensi
Djufri. 2016. Potensi Padang Rumput (Grasland) Sebagai Peluang Usaha Prospektif Belum Dimanfaatkan Secara Optimal. Prosiding Seminar Nasional Biotik. Hal.6-7.
Kambey, A. D. 2014. Kondisi Terumbu Karang Pulau Bunaken  Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 2. No. 1. Hal. 20-25.
Rositasari R. 1998. Aspek Geologi dan Sejarah Terbentuknya Terumbu Karang. Jurnal Oseana. Vol. 23. No. 3 & 4. Hal. 1-9.
Ruswahyuni., Purnomo, P. W. 2009.  Kondisi Terumbu Karang di Kepulauan Seribu dalam Kaitan dengan Gradasi Kualitas Perairan. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 1. No. 1. Hal. 93.
Anwar, V. H., Zakaria, I. J., afrizal, S. 2014. Komposisi dan Struktur Komunitas Karang (Scleractinia) di Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pantai Nirwana Padang. Jurnal Biologi Universitas Andalas. Vol. 3. No. 1. Hal. 20-27. 

KELIMPAHAN, SEBARAN DAN HABITAT RUMPUT LAUT BERKHASIAT SEBAGAI OBAT


KELIMPAHAN, SEBARAN DAN HABITAT RUMPUT LAUT BERKHASIAT SEBAGAI OBAT

Dari berbagai jenis rumput laut yang terdapat di seluruh dunia yang berkhasiat sebagai obat, ternyata beberapa marga di antaranya merupakan marga yang terdapat umum tumbuh dan tersebar luas di perairan laut Indonesia. Marga-marga tersebut antara lain adalah Acanthophora, Gracilaria, Gelidium, Hypnea, Sargassum, Codium, Halimeda dan Ulva. Rumput laut tersebut umumnya tumbuh menempel pada batu di perairan pantai pasang-surut termasuk di daerah terumbu karang, kecuali Codium dan Caulerpa yang dapat tumbuh pula pada beberapa substrat selain batu misalnya pasir dan lumpur di daerah yang agak terlindung. Stylophora yang diinformasikan sebagai obat penyakit jantung terdapat pula di peraiaran laut Indonesia niisalnya di Kepulauan Seribu. Sementara itu Ulva yang berkhasiat untuk obat darah tinggi dapat dijumpai di Bali dan di Cilurah. Pertumbuhan Stylophora tersebut umumnya sebagai "tumbuhan bawah" di daerah Sargassum, sedangkan Ulva selain tumbuh menempel pada batu sebagai penempel pada rumput laut lainnya.
Karena Ulva umumnya memiliki thaflus yang berupa lembaran tipis dan kurang kuat menempel pada substratnya maka ia sering dijumpai terdampar di pantai. Kelimpahan beberapa jenis rumput laut tersebut di atas menurut kepadatan biomassanya. Biomassa pada rumput laut berkaitan erat dengan sifat substansi thallinya. Jenis-jenis yang niempunyai substansi thallus agak padat dan keras seperti pada Halimeda dan Gracilaria, umumnya niempunyai kepadatan biomassa yang tinggi dibandingkan dengan jenis-jenis yang thallinya bersifat ringan dan lunak seperti pada Hypnea, Ulva dan Dictyota yang umumnya berkepadatan biomassa rendah walaupun kelimpahan individunya tinggi (Atmadja, 1985).
Algae bentik yang berukuran makro yang di Indonesia biasa disebut rumput laut, pemanfaatannya sebagai bahan makanan dan industri sudah banyak dilakukan di Indonesia. Beberapa jenis penghasil agar seperti Gracilaria spp. dan Gelidium spp. dan penghasil karaginan yaitu Eucheuma spp. telah banyak diproduksi di Indonesia baik dari sediaan alami maupun dari budidaya. Produksi rumput laut tersebut dewasa ini kebanyakan dipergunakan untuk bahan baku industri agar dalam negeri dan untuk bahan dagangan ekspor. Sebagian kecil produksi rumput laut yang lainnya antara lain Hypnea spp.,  Caulerpa  spp. dan Ulva spp. dipergunakan   sebagai  bahan  makanan manusia dan ternak secara lokal. Beberapa jenis rumput laut dari berbagai marga telah diketahui berkhasiat sebagai obat. Sebagian besar di antaranya terdapat di Indonesia. Di Indonesia sendiri sebenarnya pemanfaatan rumput laut sebagai obat, telah terungkap sejak lama. Beberapa jenis rumput laut di Indonesia yang dapat dipergunakan sebagai obat. Namun karena penelitian, pengolahan dan minat ke arah itu belum berkembang di Indonesia, maka pemanfaatannya sampai saat ini masih sangat terbatas.
Rumput laut dari jenis-jenis Acanthophora spicifera, Padina spp. dan Hypnea spp, selain dapat tumbuh di dasar perairan, dapat juga tunibuh sebagai penempel pada benda-benda lain di laut misalnya pada tiang-tiang kayu, bambu dan beton. Dengan demikian menunjukkan bahwa" runiput laut tersebut niempunyai daya penyebaran spora yang luas dengan daya tahan hidup yang tinggi serta daya lekat yang kuat dan cepat pada berbagai substrat sehingga mudah tumbuh dengan berlimpah. Hal ini akan mempermudah dalam perolehan produksi dan pengembangannya apabila suatu saat dibutuhkan. Sebaliknya untuk rumput laut jenis lain seperti Gracilaria, Gelidium, Sargassum, Halimeda, dan Caulerpa jarang dijumpai sebagai penempel. Untuk pengembangan produksinya apabila rumput laut jenis tersebut dibutuhkan dalam jumlah besar, tentunya harus diupayakan melalui budidaya dengan teknik-teknik tertentu. Misalnya untuk Gracilaria dapat ditanam dengan sistem rakit apung dan lepas dasar di perairan pantai dan tambak. Kecepatan tumbuh berat rata-rata hariannya dapat mencapai 4% di perairan pantai atau goba (lagoon) dan 3% di perairan tanibak (Sulistijo 1985).

RUMPUT LAUT SEBAGAI OBAT


RUMPUT LAUT SEBAGAI OBAT

Indonesia termasuk negara yang memiliki keanekaragaman jenis rumput laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Namun, dari kekayaan keragaman rumput laut tersubut, hanya sebagian kecil yang telah diteliti potensinya sebagai obat. Padahal menurut Soegiarto et al. (1978) n beberapa jenis rumput laut yang berkhasiat sebagai obat alami yang efektif dimana kurang lebih 20 genus yang telah diketahui terdapat di Indonesia terdaftar sebagai sumber obat-obatan dan bernilai ekonomis.

Beberapa genus dari rumput laut tersebut yang disebutkan sebagai obat untuk meningkatkan kesuburan, anti tumor, penyakit jantung dan menurunkan darah tinggi yaitu genus Acanthophora, Hypnea, Dictyopteris, Sargassum, Stylophora dan Ulva adalah terdapat juga di Indonesia. Acanthophora spicifera, mengandung ekstrak "petroleum-ether" dan khloroform. Dari kedua ekstrak tersebut dapat diisolir senyawa kimia; sterol, kolesterol, asam lemak, stearik, palmitik, behemik (C22), asam arakhidik (C2O) dan methyl palmitat. Disebutkan juga bahwa rumput laut jenis ini mempunyai kemampuan aktivitas anti mikroba "in vitro" terhadap S. aureus, C. albicans dan M. Smegmates. Beberapa jenis dari algae merah mengandung sterol dalam bentuk ergosterol, desmosterol, cholesterol, campesterol dan enol. Rumput laut tersebut umumnya mengandung cholesterol dengan kadar sterol yang bervariasi. Kandungan desmosterol Rhodymenia palmata misalnya berkisar antara 30,6 - 97,2 % dari total sterol dan ini tergantung musim.

Minggu, 22 Desember 2019

Kandungan Rumput Laut


Kandungan Rumput Laut 

Rumput laut mengandung bahan-bahan organik seperti polisakarida, hormon, vitamin, mineral, dan juga senyawa bioaktif. Vitamin yang terkandung dalam rumput laut antara lain vitamin D, K, Karotenoid (Prekursor vitamin A), vitamin B kompleks, dan tokoferol. Kandungan kimia ini sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor musim, lokasi geografi tempat tumbuh, jenis spesies, umur panen, kondisi lingkungan. 

Polisakarida yang terkandung di dalam rumput laut memiliki tiga fungsi penting yaitu sebagai struktur penyusun dinding sel untuk memberi kekuatan mekanik yang bersifat tidak larut air, sebagai sumber cadangan makanan dan sebagai pengikat yang berfungsi untuk pelindung antar sel. Rumput laut juga mengandung berbagai macam zat dan bahan yang berguna dalam berbagai industri. Zat-zat dan bahan tersebut adalah sebagai berikut : 


1. Algin adalah bahan yang dikandung oleh Phaepophyceae yang sangat dikenal dalam dunia industri dan perdagangan, karena banyak manfaatnya. Dalam dunia industri, algin berbentuk asam alginik (Alginic acid) atau alginate.


2. Agar-agar merupakan senyawa ester asam sulfat dari senyawa galaktan, tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas dengan membentuk gel. 


3. Karaginan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut merah jenis Chondrus, Eucheuma, Gigartina, Hypnea, Iradea, dan Phyllophora. Karaginan dibedakan dengan agar-agar berdasarkan kandungan sulfatnya. Karaginan mengandung minimal 18% sulfat, sedangkan agar-agar hanya mengandung 3,4% sulfat. Rumput laut merah memiliki keunggulan dibandingkan dengan rumput laut yang lainnya yaitu banyak mengandung senyawa bioaktif turunan dari oksidasi asam lemak yang disebut Ocylipin. Senyawa turunan ini berasal dari turunan Sesquiterpene, terutama dari golongan Laurencia chondrioides. 

Pigmentasi


   Pigmentasi
Kandungan pigmen menjadi kriteria penting dalam penentuan klasifikasi rumput laut. Rhodophyceae mengandung klorofil a dan d, alfa dan beta karoten, lutein, zeaxanthin, phycobiliprotein, r-phycocyanin, r-phycoerytrin. Phaeophyceae mengandung pigmen klorofil a dan c, alfa dan beta karoten, xantofil, fucoxanthin, flavoxanthin dan violaxanthin. Sementara Chlorophycaea mengandung pigman klorofil a dan b, alfa dan beta karoten, lutein, zeaxanthin, siponoxanthin dan xantofil.

Untuk melakukan penyerapan terhadap cahaya, alga mengembangkan berbagai macam pigmen. Setiap pigmen memiliki tingkat absorpsi yang berbeda terhadap spektrum warna cahaya. Pigmen-pigmen fotosintesis ini diklasifikasikan dalam tiga kelompok utama :

1.                Chlorophyl (Chl) yang dengan kuat mengabsorpsi cahaya biru dan merah, contohnya adalah Chl a (terdapat pada seluruh alga) dan Chl b (terdapat pada alga hijau).
2.                Carotenoid yang mengabsorpsi cahaya hijau dan biru, contohnya adalah β-karoten (terdapat pada seluruh alga) dan fucoxanthin (terdapat pada alga coklat) serta xantofil ( terdapat pada alga hijau dan merah). 3.               Phycobilin yang mengabsorpsi cahaya hijau, kuning, dan orange, contoh R-phycoerythrin (terdapat pada alga merah) dan C-phycocyanin (terdapat pada alga biru-hijau). Pigmen-pigmen tersebut merupakan antena bagi alga untuk menangkap energi cahaya

Habitat Rumput Laut




Rumput Laut

Rumput laut adalah tanaman tingkat rendah yang tidak mempunyai akar, batang, serta daun sejati. tumbuhan ini umumnya melekat pada substrat yang berbentuk thallus. Rumput laut juga merupakan gabungan dari beberapa tanaman yang tidak bervaskular dan memiliki pigmen klorofil untuk melakukan proses fotosintesis.
Rumput laut memiliki struktur vegetatif yang tidak sama dengan tanaman tingkat tinggi. Struktur vegetatif rumput laut tidak bisa dibedakan antara daun, batang serta akar. Struktur yang tidak dapat dibedakan ini dikenal dengan sebutan talus.
Talus pada rumput laut ialah multisel serta terdiri dari bentuk dan ukuran yang berbeda. Talus dapat dibedakan menjadi dua bentuk yang umum yakni filamen dan sifon. Kedua bentuk talus ini dapat bervariasi yang nantinya akan mendapatkan bentuk talus yang lebih kompleks. Hal ini juga termasuk filamen ringkas sampai pada bentuk filamen yang lebih besar yang bisa dibedakan antara kepala pelekap, stip serta lamina.


Habitat Rumput Laut

Habitat rumpai laut yaitu disekitar pantai dan diperairan laut serta didalam dasar laut. Maka dari itu, rumput laut juga dapat tumbuh didaerah yang berbatu karang, berlumpur, berpasir, dan juga ada dipermukaan kulit kerang, kayu, pukat dan juga dapat tumbuh diatas rumput laut lain sebagai epifit.
Substrat merupakan tempat bagi rumput laut untuk dapat melekat ketika diterjang oleh arus dan ombak yang kuat. Substrat terdiri dari benda hidup dan juga benda tidak hidup tergantung dari jenis pelekat yang digunakan oleh rumput laut.
Contoh substrat adalah tumbuhan laut, hewan laut, batu karang, atau dasar laut seperti lumpur dan pasir. Penyebaran rumput laut pada suatu habitat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor diantara yaitu seperti cahaya matahari, saliniti, suhu, interaksi di antara hewan dan tanaman serta ombak dan arus.

Budidaya Rumput Laut

Budidaya Rumput Laut

Proses pembudidayaan dalam tanaman rumput laut yang perlu diperhatian, antara lain sebagai berikut;

Pembiakan Rumput Laut

Rumput laut biasanya  berkembang biak dengan cara menghasilkan spora mikroskopik yang dihasilkan dari organ pembiakan yang cukup jelas dan nyata. Struktur jaringan untuk proses perkembang biakan ini dapat membantu dalam pengelompokan spesimen karena bisa dilihat dengan mata telanjang.
Sel hasil pembiakan yang dihasilkan dari organ pembiakan ini cukup subur. Rumput laut melakukan reproduksi dengan cara seksual dan aseksual. Pembiakan beberapa rumput laut cukup kompleks.

1. Pembiakan Seksual

Pada pembiakan seksual dua individu rumput laut yang berbeda dapat membebaskan dua gamet masing-masing. Gamet-gamet ini dapat membentuk generasi baru yang mengandung sifat genetik dari kedua induknya. Gamet-gamet yang dihasilkan untuk reproduksi terdiri dari berberapa ciri.
Isogami adalah pencampuran dua gamet yang sejenis dari segi ukuran serta bentuk. Jika kedua gamet berbeda dari segi bentuk serta ukuran maka pencampuran antara ovum besar dengan sperma kecil yang bergerak akan bercampur dan disebut juga dengan oogami.

2. Pembiakan Aseksual

Bagi sebagian banyak spesies rumput laut cara pembiakan secara aseksual lebih sering dilakukan dibandingkan dengan pembiakan seksual. Sebagian kecil dari talus yakni butiran talus dapat tumbuh berkembang membentuk individu yang baru.
Terdapat rumput laut yang dapat menghasilkan berbagai jenis spora sebagai alat pembiakan. Spora-spora ini memiliki hambatan yang cukup tinggi terhadap keadaan yang dapat menyebabkan spora dapat tersebar jauh dari indukan asal serta berkecambah pada lingkungan tumbuh yang baru.

Ciri-ciri yang ada pada spora dapat menyebabkan spora memiliki daya tahan yang cukup tinggi yakni dengan bentuk dinding rintang yang berfungsi sebagai pelindungi spora. Beberapa spora memiliki flagelum untuk pergerakan serta dikenal dengan zoospora. Untuk spora yang tidak memiliki flagelum dikenal dengan aplanospora.