Minggu, 22 Desember 2019


TERUMBU KARANG LUNAK

Journal by Manuputty (2016) Karang Lunak (Octocorallia: Alcyonacea) di Perairan Biak Timur The Common Soft Corals (Octocorallia: Alcyonacea) in East Biak Waters.
Reviewed by Yaumi Nur Aziziy

A.    Pendahuluan
Terumbu karang berdasarkan tipenya dibagi menjadi dua, yaitu terumbu karang bertipe lunak dan terumbu karang bertipe keras.
·         Keras: jenis terumbu ini adalah terumbu karang yang membentuk batuan kapur di dalam laut. Jenis terumbu ini sangat rapuh dan rentan pada perubahan iklim. Terumbu karang ini adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang
·         Lunak: jenis terumbu karang ini adalah terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai. Jenis terumbu ini tidak membentuk karang, dan cenderung subur karena mendapatkan sinar matahari yang cukup..
Karang lunak (Octocorallia, Alcyonacea) merupakan hewan anggota Coelenterata yang hidup di perairan dangkal tropis dan subtropis. Keberadaannya diketahui berlimpah di Samudra Hindia mulai dari Laut Merah sampai ke bagian tengah Samudra Pasifik Barat. Dari hasil penemuan terakhir (van Ofwegen, 2000), diketahui bahwa perairan dangkal di Kepulauan Indonesia-Filipina-Papua Nugini merupakan perairan yang memiliki karang lunak dengan jumlah spesies terbesar. Perairan ini disebut sebagai pusat keanekaragaman spesies karang lunak di dunia (Fabricius & Alderslade, 2001).
Hal tersebut demikian karena di luar kawasan perairan ini, jumlah spesies maupun jumlah individunya mulai berkurang seiring dengan perubahan garis lintang. Penurunan jumlah spesies terjadi di area dengan garis lintang yang lebih tinggi dan makin ke arah timur atau barat perairan Indo-Pasifik. Perairan yang lebih dingin dan lebih dalam juga merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan beberapa spesies karang lunak. Sampai saat ini, sejumlah 90 genus yang mewakili 23 famili karang lunak telah berhasil dikumpulkan dan diidentifikasi dari perairan tropis Indo-Pasifik (Fabricius & Alderslade, 2001).
B.     Metode
Pengamatan dan koleksi karang lunak di perairan Biak Timur dilakukan dari bulan Juni sampai Juli 2013 selama 14 hari. Metode yang digunakan ialah transek garis (Line Intercept Transect), dengan menggunakan pita transek (roll meter) yang ditarik sejajar garis pantai di 13 titik pengamatan. Untuk melihat sebaran dan kelimpahan genus karang lunak, dilakukan juga koleksi bebas secara acak di sepanjang garis transek (70 m), sampai ke kedalaman 20 m. Semua kegiatan dilakukan dengan penyelaman dengan bantuan peralatan selam SCUBA. Untuk memudahkan identifikasi, dilakukan juga pemotretan bawah air, terutama untuk genus karang lunak yang baru diitemukan (new record). Identifikasi dilakukan terlebih dahulu dengan penggolongan ke dalam tingkat famili, kemudian ke tingkat genus. Selanjutnya, diperhatikan bentuk pertumbuhan (morfologi), tekstur dan warna koloni, serta sebaran vertikalnya. Hal ini dilakukan untuk lebih memudahkan pengenalan antargenus.

Hasil Hasil pengamatan karang lunak di perairan Biak Timur dan Pulau-Pulau Padaido diuraikan berdasarkan sampel yang diperoleh di lokasi transek, maupun secara koleksi bebas. Mengingat hasil-hasil penelitian tentang karang lunak yang masih sedikit, maka tulisan ini akan menguraikan secara sistematika beberapa genus yang jarang ditemukan, bahkan yang merupakan catatan baru (new record), terutama di perairan Biak Timur. Hal ini bertujuan agar karang lunak lebih dikenal dan diharapkan ada yang berminat untuk mempelajarinya lebih lanjut. Dari hasil pengamatan di 13 lokasi perairan Biak Timur dicatat sebanyak 18 genus karang lunak yang termasuk dalam 5 famili, yaitu Alcyoniidae, Nephtheidae, Xeniidae, Clavulariidae, dan Tubiporidae. Sebagian besar anggota genus merupakan yang umum ditemukan di perairan dangkal terumbu karang Indonesia, terutama di perairan Indonesia Bagian Timur. Genus tersebut disusun dengan urutan sistematika sebagai berikut:
Filum : Coelenterata Kelas : Anthozoa Subkelas : Octocorallia / Alcyonaria Ordo : Alcyonacea Grup : Alcyoniina Famili : Alcyoniidae Lamouroux, 1812 Genus : Sinularia May, 1898 Lobophytum von Marenzeller, 1886 Sarcophyton Lesson, 1834 Cladiella Gray, 1869 Klyxum Alderslade, 2000 Dampia Alderslade, 1963 Paraminabea Williams & Alderslade, 1999 Famili : Nephtheidae Gray, 1862 Genus : Nephthea Audouin, 1828 Litophyton Forskal, 1775 Stereonephthya Kukenthal, 1905 Dendronephthya Kukenthal, 1905 Lemnalia Gray, 1868 Paralemnalia Kukanthal, 1913 Capnella Gray, 1869 Famili : Xeniidae Ehrenberg, 1828 Genus : Xenia Lamarck, 1816 Heteroxenia Kolliker, 1874 Grup : Stolonifera Famili : Clavulariidae Hickson, 1894 Genus : Clavularia Blainville, 1810 Famili : Tubiporidae Ehrenberg, 1828 Genus : Tubipora Linnaeus, 1758 Dua famili yang terakhir (Clavulariidae dan Tubiporiidae) merupakan anggota Octocorallia dari ordo Alcyonacea yang dikelompokkan ke dalam grup Stolonifera, yaitu dengan ciri-ciri polip yang muncul dari bagian basal koloni yang berbentuk pita dan disebut stolon (identik dengan akar rimpang pada tanaman lamun).
Polip ini tumbuh terpisah satu sama lain di sepanjang stolon. Para pakar tidak mengklasifikasikan grup Alcyoniina dan grup Stolonifera ke dalam tingkat subordo berdasarkan pertimbangan bahwa kriteria karakteristik untuk membedakan antara grup tidak mencukupi (Fabricius & Alderslade, 2001). Selain itu, penemuan-penemuan terdahulu yang dievaluasi kembali membuktikan bahwa ada karakteristik atau ciri-ciri antargrup yang sama atau saling tumpang tindih, sehingga sulit untuk dibuktikan dan ditetapkan sebagai tingkat subordo. Beberapa genus yang diketahui jarang ditemukan di lokasi ini ditampilkan dalam bentuk foto koloni yang diambil langsung di lokasi guna pengenalan lebih lanjut. Selain itu, ditampilkan juga bentuk spikulanya
Genus tersebut antara lain Dampia dan Paraminabea dari famili Alcyoniidae, dan genus Capnella dari famili Nephtheidae. Deskripsi dan ciri-ciri ketiga genus ini diuraikan berikut ini. Genus Dampia (Alderslade, 1983) Koloni karang lunak ini berwarna krem kehijauan atau kuning kecokelatan, ditemukan di kedalaman 12 m. Bentuk koloni besar dan bentuk pertumbuhan mengerak (encrusting). Secara sepintas, koloni ini mirip dengan genus Sinularia atau Lobophytum yang bentuk pertumbuhannya mengerak. Di bagian permukaan terdapat lobus atau pematang (ridges) yang tegak lurus, kaku, dan pipih, memanjang dan tersusun paralel satu sama lain. Permukaan koloni kasar seperti ada duri tumpul, karena memiliki kalix (pangkal polip) yang panjang dan menonjol di permukaan lobus (bagian atas koloni). Bentuk bagian atas lobus menjari, berlekuk, dan bergerigi tidak beraturan seperti jengger ayam. Bila koloni berkontraksi, lobus akan tersusun makin rapat dan ujung lobus terlihat seperti saling berlekatan dan sulit dibedakan antara lobus yang satu dan yang lain.
Genus Dampia hanya terdiri dari satu spesies, yaitu Dampia pocilloporaeformis. Ilustrasi sklerit, spikula, dan foto spesies ini diperlihatkan dalam Gambar 2 (Fabricius & Alderslade, 2001) dan Gambar 3. Genus Paraminabea (Williams & Alderslade. 1999) Koloni berwarna oranye cerah, berbentuk seperti kubah pendek atau seperti wortel dan tidak memiliki cabang. Ditemukan tumbuh menggantung di dinding gua, atau di bawah bongkahan karang di daerah tubir atau di tempat yang gelap hingga kedalaman 15 m. Permukaan luar koloni memiliki lubang-lubang kecil, sebagai tempat muncul polip. Genus ini hanya ditemukan di satu lokasi, yaitu di stasiun BIAL 21, sejumlah 8 koloni. Ilustrasi sklerit atau spikula dan foto genus ini diperlihatkan dalam Gambar 4 (Fabricius & Alderslade, 2001) dan Gambar 5. Genus Capnella (Gray, 1869) Koloni berwarna abu-abu, krem keputihputihan atau cokelat cerah, bentuk pertumbuhan bercabang, dengan bagian pangkal (seperti pangkal batang) berwarna putih. Genus ini ditemukan di rataan terumbu sampai ke tubir. Lobus berukuran kecil dengan diameter lobus kurang dari 10 cm, berbentuk jari (lobate)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar