TERUMBU KARANG LUNAK
Journal by Manuputty (2016) Karang Lunak
(Octocorallia: Alcyonacea) di Perairan Biak Timur The Common Soft Corals
(Octocorallia: Alcyonacea) in East Biak Waters.
Reviewed by Yaumi Nur Aziziy
A.
Pendahuluan
Terumbu karang berdasarkan tipenya dibagi menjadi dua, yaitu
terumbu karang bertipe lunak dan terumbu karang bertipe keras.
·
Keras: jenis terumbu ini adalah
terumbu karang yang membentuk batuan kapur di dalam laut. Jenis terumbu ini
sangat rapuh dan rentan pada perubahan iklim. Terumbu karang ini adalah
pembentuk utama ekosistem terumbu karang
·
Lunak: jenis terumbu karang ini
adalah terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai. Jenis terumbu ini tidak
membentuk karang, dan cenderung subur karena mendapatkan sinar matahari yang
cukup..
Karang
lunak (Octocorallia, Alcyonacea) merupakan hewan anggota Coelenterata yang
hidup di perairan dangkal tropis dan subtropis. Keberadaannya diketahui
berlimpah di Samudra Hindia mulai dari Laut Merah sampai ke bagian tengah
Samudra Pasifik Barat. Dari hasil penemuan terakhir (van Ofwegen, 2000),
diketahui bahwa perairan dangkal di Kepulauan Indonesia-Filipina-Papua Nugini
merupakan perairan yang memiliki karang lunak dengan jumlah spesies terbesar.
Perairan ini disebut sebagai pusat keanekaragaman spesies karang lunak di dunia
(Fabricius & Alderslade, 2001).
Hal
tersebut demikian karena di luar kawasan perairan ini, jumlah spesies maupun
jumlah individunya mulai berkurang seiring dengan perubahan garis lintang.
Penurunan jumlah spesies terjadi di area dengan garis lintang yang lebih tinggi
dan makin ke arah timur atau barat perairan Indo-Pasifik. Perairan yang lebih
dingin dan lebih dalam juga merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan beberapa
spesies karang lunak. Sampai saat ini, sejumlah 90 genus yang mewakili 23
famili karang lunak telah berhasil dikumpulkan dan diidentifikasi dari perairan
tropis Indo-Pasifik (Fabricius & Alderslade, 2001).
B. Metode
Pengamatan
dan koleksi karang lunak di perairan Biak Timur dilakukan dari bulan Juni
sampai Juli 2013 selama 14 hari. Metode yang digunakan ialah transek garis
(Line Intercept Transect), dengan menggunakan pita transek (roll meter) yang
ditarik sejajar garis pantai di 13 titik pengamatan. Untuk melihat sebaran dan
kelimpahan genus karang lunak, dilakukan juga koleksi bebas secara acak di
sepanjang garis transek (70 m), sampai ke kedalaman 20 m. Semua kegiatan
dilakukan dengan penyelaman dengan bantuan peralatan selam SCUBA. Untuk
memudahkan identifikasi, dilakukan juga pemotretan bawah air, terutama untuk
genus karang lunak yang baru diitemukan (new record). Identifikasi dilakukan
terlebih dahulu dengan penggolongan ke dalam tingkat famili, kemudian ke
tingkat genus. Selanjutnya, diperhatikan bentuk pertumbuhan (morfologi),
tekstur dan warna koloni, serta sebaran vertikalnya. Hal ini dilakukan untuk
lebih memudahkan pengenalan antargenus.
Hasil
Hasil pengamatan karang lunak di perairan Biak Timur dan Pulau-Pulau Padaido
diuraikan berdasarkan sampel yang diperoleh di lokasi transek, maupun secara
koleksi bebas. Mengingat hasil-hasil penelitian tentang karang lunak yang masih
sedikit, maka tulisan ini akan menguraikan secara sistematika beberapa genus
yang jarang ditemukan, bahkan yang merupakan catatan baru (new record),
terutama di perairan Biak Timur. Hal ini bertujuan agar karang lunak lebih
dikenal dan diharapkan ada yang berminat untuk mempelajarinya lebih lanjut.
Dari hasil pengamatan di 13 lokasi perairan Biak Timur dicatat sebanyak 18
genus karang lunak yang termasuk dalam 5 famili, yaitu Alcyoniidae,
Nephtheidae, Xeniidae, Clavulariidae, dan Tubiporidae. Sebagian besar anggota
genus merupakan yang umum ditemukan di perairan dangkal terumbu karang
Indonesia, terutama di perairan Indonesia Bagian Timur. Genus tersebut disusun
dengan urutan sistematika sebagai berikut:
Filum
: Coelenterata Kelas : Anthozoa Subkelas : Octocorallia / Alcyonaria Ordo : Alcyonacea
Grup : Alcyoniina Famili : Alcyoniidae Lamouroux, 1812 Genus : Sinularia May,
1898 Lobophytum von Marenzeller, 1886 Sarcophyton Lesson, 1834 Cladiella Gray,
1869 Klyxum Alderslade, 2000 Dampia Alderslade, 1963 Paraminabea Williams &
Alderslade, 1999 Famili : Nephtheidae Gray, 1862 Genus : Nephthea Audouin, 1828
Litophyton Forskal, 1775 Stereonephthya Kukenthal, 1905 Dendronephthya
Kukenthal, 1905 Lemnalia Gray, 1868 Paralemnalia Kukanthal, 1913 Capnella Gray,
1869 Famili : Xeniidae Ehrenberg, 1828 Genus : Xenia Lamarck, 1816 Heteroxenia
Kolliker, 1874 Grup : Stolonifera Famili : Clavulariidae Hickson, 1894 Genus :
Clavularia Blainville, 1810 Famili : Tubiporidae Ehrenberg, 1828 Genus :
Tubipora Linnaeus, 1758 Dua famili yang terakhir (Clavulariidae dan
Tubiporiidae) merupakan anggota Octocorallia dari ordo Alcyonacea yang
dikelompokkan ke dalam grup Stolonifera, yaitu dengan ciri-ciri polip yang
muncul dari bagian basal koloni yang berbentuk pita dan disebut stolon (identik
dengan akar rimpang pada tanaman lamun).
Polip
ini tumbuh terpisah satu sama lain di sepanjang stolon. Para pakar tidak
mengklasifikasikan grup Alcyoniina dan grup Stolonifera ke dalam tingkat
subordo berdasarkan pertimbangan bahwa kriteria karakteristik untuk membedakan
antara grup tidak mencukupi (Fabricius & Alderslade, 2001). Selain itu,
penemuan-penemuan terdahulu yang dievaluasi kembali membuktikan bahwa ada
karakteristik atau ciri-ciri antargrup yang sama atau saling tumpang tindih,
sehingga sulit untuk dibuktikan dan ditetapkan sebagai tingkat subordo.
Beberapa genus yang diketahui jarang ditemukan di lokasi ini ditampilkan dalam
bentuk foto koloni yang diambil langsung di lokasi guna pengenalan lebih
lanjut. Selain itu, ditampilkan juga bentuk spikulanya
Genus
tersebut antara lain Dampia dan Paraminabea dari famili Alcyoniidae, dan genus
Capnella dari famili Nephtheidae. Deskripsi dan ciri-ciri ketiga genus ini
diuraikan berikut ini. Genus Dampia (Alderslade, 1983) Koloni karang lunak ini
berwarna krem kehijauan atau kuning kecokelatan, ditemukan di kedalaman 12 m.
Bentuk koloni besar dan bentuk pertumbuhan mengerak (encrusting). Secara
sepintas, koloni ini mirip dengan genus Sinularia atau Lobophytum yang bentuk
pertumbuhannya mengerak. Di bagian permukaan terdapat lobus atau pematang
(ridges) yang tegak lurus, kaku, dan pipih, memanjang dan tersusun paralel satu
sama lain. Permukaan koloni kasar seperti ada duri tumpul, karena memiliki
kalix (pangkal polip) yang panjang dan menonjol di permukaan lobus (bagian atas
koloni). Bentuk bagian atas lobus menjari, berlekuk, dan bergerigi tidak
beraturan seperti jengger ayam. Bila koloni berkontraksi, lobus akan tersusun
makin rapat dan ujung lobus terlihat seperti saling berlekatan dan sulit
dibedakan antara lobus yang satu dan yang lain.
Genus
Dampia hanya terdiri dari satu spesies, yaitu Dampia pocilloporaeformis.
Ilustrasi sklerit, spikula, dan foto spesies ini diperlihatkan dalam Gambar 2
(Fabricius & Alderslade, 2001) dan Gambar 3. Genus Paraminabea (Williams
& Alderslade. 1999) Koloni berwarna oranye cerah, berbentuk seperti kubah
pendek atau seperti wortel dan tidak memiliki cabang. Ditemukan tumbuh
menggantung di dinding gua, atau di bawah bongkahan karang di daerah tubir atau
di tempat yang gelap hingga kedalaman 15 m. Permukaan luar koloni memiliki
lubang-lubang kecil, sebagai tempat muncul polip. Genus ini hanya ditemukan di
satu lokasi, yaitu di stasiun BIAL 21, sejumlah 8 koloni. Ilustrasi sklerit
atau spikula dan foto genus ini diperlihatkan dalam Gambar 4 (Fabricius & Alderslade,
2001) dan Gambar 5. Genus Capnella (Gray, 1869) Koloni berwarna abu-abu, krem
keputihputihan atau cokelat cerah, bentuk pertumbuhan bercabang, dengan bagian
pangkal (seperti pangkal batang) berwarna putih. Genus ini ditemukan di rataan
terumbu sampai ke tubir. Lobus berukuran kecil dengan diameter lobus kurang
dari 10 cm, berbentuk jari (lobate)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar