PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ikan Badut (Amphiprion
percula) dan Anemon merupakan dua organisme yang hidup di laut. Kedua
Organisme memiliki hubungan atau interaksi yang saling berkaitan dimana ikan
badut hidup dan berkembang biak di Anemon tersebut. Dalam interaksi tersebut
terdapat tanda-tanda(semiotik) keberlangsungan hidup mereka seperti
perkembangbiakan ikan badut (Amphiprion percula) yang berjalan baik
pasti dikarenakan karena kondisi anemon yang masih baik pula, begitu pun lama
dari hidup ikan badut itu sendiri dipengaruhi oleh anemon laut. Dalam Jurnal
ini dibahas mengenai pengaruh anemon yang terpapar sedimentasi terhadap
morfologi ikan badut (Amphiprion percula) di
Pantai Barrier Reef.
Pantai Barrier
Reef merupakan suatu tempat di Australia yang memiliki karang yang sangat
panjang dan luas, barrier reef terdiri dari lebih 3000 karang dan 900 pulau
yang membentang sepanjang 2.600 Km, dengan panjang dan luas seperti itu Barrier
Reef memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah salah satunya adalah Ikan
Badut(Amphiprion percula) dan Anemon Laut. Namun, habitat dan keanekaragaman hayati di Pantai ini dapat rusak, salah
satu penyebabnya adalah terjadinya sedimentasi.
Sedimentasi adalah
pengendapan material seperti pasir yang terbawa oleh air, angin maupun gletser.
Sedimentasi pada terumbu karang biasanya terjadi karena beberapa hal, seperti
tsunami, pelapukan coral, maupun eksploitasi alam. Sedimentasi ini dapat
menyebakan terganggunya ekosistem terumbu karang, salah satunya pada interaksi
antara ikan badut dan anemon.
1.2.Tujuan
Tujuan dari penelitin ini adalah
untuk mengetahui dampak sedimentasi pada interaksi antara ikan badut dan
anemone serta tanda tanda yang dialami.
ANEMON LAUT
Anemon lau
merupakan hewan yang berasal dari kelas Anthazoa
yang banyak dijumpai pada daerah terumbu karang yang dangkal dan jarang
dijumpai pada daerah terumbu karang yang memiliki persentase tutupan karang
batunyya relative tinggi. Anemon
merupakan habitat dari ikan badut yang yang melakukan hubungan simbiosis
mutualisme (Farianti, 2016).
Anemon laut adalah
binatang invertebrata yang tidak memiliki tulang belakang atau tidak memiliki
skeleton pada seluruh tubuhnya. Anemon merupakan hewan predator yang tampak
seperti bunga, memiliki berbagai bentuk, ukuran, dan warna. Tubuhnya radial
semetrik, columnar dan memiliki satu lubang mulut yang dikelilingi oleh
tentakel. Tentakel dapat melindungi tubuhnya terhadap serangan predator lain
dan dapat pula digunakan untuk menangkap makanannya. Anemon laut biasanya
memiliki ukuran diameter tubuh 1-4 inchi, tetapi beberapa anemon ada juga yang
dapat tumbuh mencapai diameter tubuh 6 kaki (1,8 m). Anemon laut tergolong
binatang yang dapat memakan binatang apa saja yang hidup di laut, namun ia lebih
bersifat karnivora (Farianti, 2016).
TINGKATAN
|
NAMA
|
KINGDOM
|
:Animalia
|
FILUM
|
:Cnidaria
|
KELAS
|
:Anthozoa
|
ORDO
|
:Actinaria
|
SUB ORDO
|
:Myantheae
|
FAMILI
|
:Stichodactylidae
|
GENUS
|
:Stichodactyla
|
SPESIES
|
:Stichodactyla gigantea
|
Anemone laut dapat
beroproduksi secara seksiual dan aseksual. Dalam prouksi seksual jantan
akan melepaskan sperma untuk merangsang
betina melepaskan telur dan terjadilah pembuahan. Sedangkan dengan cara aseksual,
menggunakan cara tunas, pembelahan biner, pedal laseri diman potongan-potongan
kecil akan beregenerasi menjadi individu baru (Farianti, 2016).
Ikan Badut (Amphiprion percula)
Klasifikasi ikan badut (Amphiprion percula) menurut Michael
(2008), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Superkelas : Osteichthyes
Kelas :
Actynopterygii
Subkelas : Neopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Labroidei
Famili : Pomacentridae
Genus : Amphiprion
Spesies
: Amphiprion percula
Ikan Badut merupakan ikan berukuran kecil yang
tinggal bersama anemon laut yang memiliki warna oranye dengan tiga garis putih
pada bagian tengah tubuhnya dan memiliki lingkarang hitam pada siripnya. Sisik
ikan badut relative besar dengan sirip dorsal yang unik. Iakn badut dapat
ditemukan pada kedalaman 1 -12 m pada perairan tropis. Beberapa faktor yang
mempengaruhi distribusi dan arah distribusi dari ikan badut adalah jumlah
larva, ketersediaan anemon laut, faktor-faktor hidrografi dan adanya daratan
penghalang. Kelompok ikan ini hiup pada habitat yang sesuai dengan anemone
laut. Habitat ikan badut (Amphiprion
percula) berada di antara tentakel-tentakel anemon. Hubungan antara ikan
badut dan anemon adalah simbiosis mutualisme, sehingga ikan ini juga dikenal
sebagai ikan anemone (Arum, 2006).
Ikan badut merupakan ikan omnivora
yang mengkonsumsi zooplankton, invertebrata kecil (crustacean) dan
parasit yang melekat pada tubuh anemon serta alga. Ikan badut biasanya
menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk mencari makan, bermain, dan
berpasangan. Kebiasaan dari ikan badut yaitu mencari makan di siang hari (diurnal).
Waktu yang digunakan dalam mencari makan tiap jenis ikan badut tidak sama.
Salah satu contohnya yaitu Amphiprion chrysopterus menghabiskan kurang
lebih 90% waktunya untuk makan dan berenang (Arum, 2006).
Simbiosis Anemon yang Terjadi
Ikan badut dan anemone hidup dengan cara bersimbiosis, adapun
simbiosis yang digunakan adalah simbiosis mutalisme. Dalam simbiosis ini, ikan
mendpat proteksi atau perlindungan dan
memakan material non metabolic yang dikeluarkan oleh anemone. Di sisi lain,
anemone dibersihkan dan dilindungi oleh predator oleh ikan simbionnya. (Lubis,
2013). Keuntungan yang diperoleh oleh ikan dari hubugan simbiosis ini adalah
perlindungan, ikan badut akan segera berlindungan di antara tentakel – tentakel
anemone jika merasa terganggu ataupun ada serangan dari prodator. Tentakel
anmon dapat membunuh ikan lain yang menyentuhnya, namun ikan badut mampu
memanfaatkan racun tersebut sebagai pertahanan tubuhnya. Sebaliknya, ikan badut
akan membantu membersihkan anemone dari kotoran yang kemungkinan dapat menjadi
prodator bagi anemone tersebut. selain itu anemone juga bisa menjdapat makanan
dari ikan badut (Arum,
2006). Semua ikan badut hidup
bersimbiosis mutualisme dengan anemon tertentu. Dalam simbiosis ini ikan
mendapat proteksi dan memakan material non-metabolik yang dikeluarkan oleh
anemone (Randal dan Fautin, 2002).
Hubungan jenis anemon dengan jenis
ikan badut yang bersimbiosis di sebuah perairan menurut (Farianti, 2016) yaitu
:
1.
Heteractis crispa dengan Amphiprion ocellaris;
2.
Heteractis crispa dengan Amphiprion percula;
3.
Heteractis magnifica dengan Amphiprion ocellaris;
4.
Heteractis magnifica dengan Amphiprion percula;
5.
Heteractis magnifica dengan Amphiprion sandaracinos;
6.
Cryptodendrum adhaesivum dengan Amphiprion clarkii;
7.
Entacmaea quadricolor dengan Amphiprion frenatus.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan
pada penelitian ini adalah metode eksperimental yaitu suatu metode yang
bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat pada sampel larva
ikan. Dilakukan pemeliharaan eksperimen yaitu larva ikan Badut yang terkena
dampak sedimentasi sebagai sampel dan ikan Badut yang hidup di perairan air
bersih sebagai control. Dilanjutkan dengan pembuatan preparat dari insang ikan
Badut yang terkena dampak sedimentasi dan ikan Badut yang hidup diperairan
bersih. Dilanjutkan dengan metode analisis
morfologi insang serta analisis statistik data morfologi yang
bertujuan untuk menganalisis jarak difusi oksigen, perubahan insang, lebar
sistem sel pilar, ketebalan filamen, dan produksi lendir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sedimentasi yang terjadi pada
perairan Great Barrier Reef ini menyebabkan kerusakan pada ekosistem terumbu
karang. Secara lebih spesifik, sementasi dapat menutupi sebagian bahkan hampir
seluruh tubuh dari anemon. Penumpukan sedimen pasir ada anemon ini dapat
menyebkan kerusakan pada tubuh anemon akibat dari peristiwa Bleaching. Bleaching ini terjadi karena matinya zooxanthellae yang bersimbiosis dengan anemon dalam menghasilkan
sumber nutrisi. Peristiwa ini di tandai dengan perubahan warna pada anemon
menjadi warna putih.
Selain mengganggu metabolisme tubuh
dari anemon itu sendiri. Sedimentasi ini berdampak negatif bagi ikan badut yang
hidup di anemon tersebut. Ikan badut bersimbiosis dengan anemon laut sehigga
ikan ini akan hidup, bereproduksi, serta menjaga diri dan larvanya dari
predator sangat bergantung pada anemon. Jika anemon terkena sedimentasi maka
ikan badut dan larva-larvanya akan terpapar partikel-partikel sedimen tersebut.
Paparan sedimen pada larva ikan badut dapat menyebabkan perubahan morfologi
insang pada ikan badut sehingga perkembangbiakan ikan badut menjadi ternganggu,
begitu pula terhadap lama hidup dari ikan badut(Amphiprion percula) ini
menjadi singkat.
Hal tersebut karena terjadi ganguan berupa
penghambatan sinyal berupa isyarat visual dan kimia pada pertumbuhan larva
ikan. Setelah dilakukan analisis pada preparat dari insang larva ikan badut, di
dapati bahwa terjadi penebalan pada jaringan epitel pada insang ikan badut yang terpapar
sedimentasi. Penebalan jaringan epitel ini sebagai bentuk adaptasi morfologis
ikan badut untuk melindungi organ dalam dari insang ikan dari partikel sedimen.
Namun, penebalan jaringan epitel ini menyebabkan terganggunya proses difusi
udara/oksigen saat proses pernafasan. Dari hasil analisis, kemampuan difusi
oksigen pada ikan badut yang hidup di perairan bersih, 56% lebih besar daripada
ikan badut yang terdampak sedimentasi. Sehingga oksigen yang diangkut darah
untuk sebarkan ke seluruh tubuh ikan badut terpapar sedimen menjadi terganggu dan tubuh ikan mengalami
kekurangan oksigen. Kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan terjadinya stres
pada setiap sel tubuh yang berdampak pada gangguan proses metabolisme di
dalamnya dan dapat berujung pada kematian ikan badut tersebut.
Perubahan morfolgi pada insang ikan badut juga ditandai
dengan adanya pertumbuhan bakteri yang berbeda dengan normal flora ikan badut
yang hidup di perairan bersih dan tidak bersedimentasi. Pada ikan badut yang
terpapar partikel sedimen, didapati bakteri yang didiindikasikan bersifat
patogen. Namun begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai bakteri
tersebut.
Sedimentasi berupa penumpukan sedimen pasir pada anemon
laut berdampak negatif pada kelangsungan hidup ekosistem termbu karang,
termasuk interaksi antara anemon dan ikan badut. Sedimentasi dapat menyebabkan
kerusakan pada anemon akibat matinya zooxanthellae.
Sedimentasi juga dapat menyebabkan kematian pada ikan badut karena
kerusakan organ yang terpapar partikel sedimen. Oleh karena itu, pada larva
ikan badut yang terkena sedimen, didapati perubahan morfologi insang yang
bertujuan untuk melindungi organ dalam tubuh ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar