Sabtu, 21 Desember 2019

keragaman terumbu karang dan mangrove


Nama: Yaumi Nur Aziziy
NIM: 17.01.021.054

Indonesia termasuk dalam salah satu wilayah segitiga terumbu karang (coral triangle) yang merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia. Posisi Indonesia secara geografis tersebut menyebabkan keragaman hayati termasuk ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove tersebar hampir di sepanjang pantai di seluruh Indonesia.
Menurut Souhoka dan Patty (2013)Kawasan pesisir dan laut  memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) laut, terumbu karang (coral reefs), lamun (seagrass) yang dihuni oleh berbagai biota flora dan fauna serta potensi perikanan tangkap dan budidaya. Seperti yang dapat kita jumpai di Kepulauan Raja Ampat, salah satu daerah wisata bahari yang sangat terkenal di Indonesia. Daerah yang terkenal akan jajarn pulau-pulau kecil dan keragaman ekosistem  terumbu karang dan ekosistem mangrove ini menunjukkan fungsi dan peran dari tiap ekosistem untuk saling melengkapi. 
Ekosistem terumbu karang terutama yang berdekatan dengan padang lamun merupakan padang penggembalaan ikan karang besar(Makatipu,2007). Ekosistem terumbu karang mempunyai peran dan fungsi secara alami yaitu sebagai lingkungan hidup (tempat mencari makan, bertelur, berkembang biak dan tempat pembesaran), barier/pelindungbagisistem pulau, sumber daya hayati dan sebagai sumber keindahan. Secara ekonomi sebagai sumber daya perikanan, keindahan bawah laut dan sumber batu kapur (CaCO3). Terumbu karang dikenal sebagai suatu komponen yang memiliki fungsi penting dalam ekosistemnya. Terumbu karang  tidak terlepas dari peranan ekologisnya sebagai daerah pemijahan (spawning ground), tempat pengasuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan daerah pembesaran (rearing ground) bagi biota ekonomis penting. Selain dari peranan tersebut, terumbu karang juga memiliki peran sebagai pemecah gelombang, pencegah abrasi pantai, dan ekosistem penghalang gelombang menuju ke pesisir pantai untuk menjaga stabilitas pantai.
Ekosistem mangrove selain sebagai habitat bagi flora dan fauna berinteraksi, ekosistem ini juga mempunyai peran dalam menjaga kejernihan perairan melalui perakarannya untuk menjebak atau perangkap sedimen dari darat. Fungsi ekosistem mangrove dalam menjaga sedimentasi ini secara langsung memjaga kehidupan ekosistem terumbu karang sehingga terhindar dari kerusakan dan pemutihan terumbu karang akibat endapat sedimentasi dan menjaga biota lain seperti ikan karang agar terhindar dari paparan sedimen yang dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut di pengaruhi oleh tingkat kerapatan dari hutan mangrove tersebut. Semakin tinggi tingkat kerapatan hutan mangrove, maka laju sedimentasi ke perairan semakin rendah, sebaliknya jika tingkat kerapatannya rendah, maka laju sedimentasina semakin tinggi.
Potensi terumbu karang di wilayah-wilayah pantai di Indonesia  beserta keanekaragaman biotanya menyebabkan berkembangnya kegiatan budidaya dan wisata bahari. Berbagai potensi yang dimiliki di perairan ini tidak terlepas dari kualitas perairan dalam kaitannya dengan kehidupan terumbu karang yang ada di perairan tersebut. Namun, saat ini kualitas ekosistem terumbu karang dan ekosistem laut dangkal lainnya mulai terancam karenapengaruh dan tekanan perubahan lingkungan baik yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia atau secara alami.
Pengamatan kualitas perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting terhadap kehidupan terumbu karang. Karena kualitas perairan yang cocok merupakan salah satu fasilitas yang memungkinkan terumbu karang dapat hidup, tumbuh dan berkembang dengan baik, begitu pula dengan berbagai flora dan fauna yang hidup didalamnya. Penelitian tentang kondisi hidrologi dalam kaitannya dengan kondisi terumbu karang di perairan pulau-pulau di Indonesia.
Pemantauan kondisi  hidrologi dilakukan secara in situ seperti yang dilakukan di Perairan Pulau Talise, Sulawesi Utara menggunakan metode Transek dengan menguji beberapa variabel diantaranya suhu, salinitas, kecerahan, pH dan oksigen terlarut. Suhu air laut diukur dengan menggunakan thermometer GMK-910T, nilai suhunya dinyatakan dalam derajat Celsius (oC). Salinitas diamati dengan menggunakan Atago hand refractometer, nilainya dinyatakan dalam per mil (o/oo). Kecerahan air laut diukur dengan cakram (sechi disk), pH air laut diukur dengan menggunakan pH meter AZ 8563. Kadar oksigen terlarut ditentukan dengan cara metoda elektrokimia menggunakan alat DO meter AZ 8563 dan nilainya dinyatakan dalam ppm. Untuk pengukuran kadar fosfat dan nitrat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri. Sampel air laut yang telah diambil dibawa ke Labaratorium WLN-Manado untuk dianalisa dengan menggunakan alat spektrofotometer ‘Nicolet Evolution 100’ seperti yang diterangkan dalam APHA, AWWA, WEF (2005), dan nilainya dinyatakan dalam mg/l. Pengambilan data karang dilakukan dengan menggunakan metode transek garis (Loya, 1972) dengan beberapa penyesuaian. 
Diharapkan dengan mengetahui kondisi perairan dan hidrologi Indonesia, Tingkat Keragaman pada Ekosistem perairan laut dangkat seperti terumbu karang dan mangrove dapat tetap terjaga. Keberadaan setiap ekostem terjaga karena keterkaitan di dalamnya. Untuk itu sebagai mahluk bumi, marilah saling menjaga satu sama lain. Terutaman di negara Indonesia yang kita cintai ini.

Referensi:
Souhoka, J., Patty, S. 2013. Pemantauan Kondisi Hidrologi Dalam Kaitannya Dengan Kondisi Terumbu Karang Di Perairan Pulau Talise, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax.                Vol. 1. No. 3. Hal. 2302-3589.
Petra, J.L., Sastrawibawa, S., Riyantini, I. 2012. Pengaruh Kepadatan Mangrove Terhadap Laju Sedimentasi Transpor di Pantai Karangsong Kabupaten Indramayu. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 3. Hal. 329-337.
Supriyadi, I.H., dkk. 2017. Kondisi Terumbu Karang, Lamun Dan Mangrove Di Suakaalam Perairan Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. 23. No. 4. Hal. 241-252.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar