Nama: Yaumi Nur Aziziy
NIM: 17.01.021.054
Indonesia termasuk
dalam salah satu wilayah segitiga terumbu karang (coral triangle) yang
merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia. Posisi Indonesia secara geografis
tersebut menyebabkan keragaman hayati termasuk ekosistem terumbu karang dan
ekosistem mangrove tersebar hampir di sepanjang pantai di seluruh Indonesia.
Menurut Souhoka dan
Patty (2013)Kawasan pesisir dan laut
memiliki keanekaragaman hayati (biodiversity) laut, terumbu karang
(coral reefs), lamun (seagrass) yang dihuni oleh berbagai biota flora dan fauna
serta potensi perikanan tangkap dan budidaya. Seperti yang dapat kita jumpai di
Kepulauan Raja Ampat, salah satu daerah wisata bahari yang sangat terkenal di
Indonesia. Daerah yang terkenal akan jajarn pulau-pulau kecil dan keragaman
ekosistem terumbu karang dan ekosistem
mangrove ini menunjukkan fungsi dan peran dari tiap ekosistem untuk saling
melengkapi.
Ekosistem terumbu
karang terutama yang berdekatan dengan padang lamun merupakan padang
penggembalaan ikan karang besar(Makatipu,2007). Ekosistem terumbu karang
mempunyai peran dan fungsi secara alami yaitu sebagai lingkungan hidup (tempat
mencari makan, bertelur, berkembang biak dan tempat pembesaran),
barier/pelindungbagisistem pulau, sumber daya hayati dan sebagai sumber
keindahan. Secara ekonomi sebagai sumber daya perikanan, keindahan bawah laut
dan sumber batu kapur (CaCO3). Terumbu karang dikenal sebagai suatu komponen
yang memiliki fungsi penting dalam ekosistemnya. Terumbu karang tidak terlepas dari peranan ekologisnya
sebagai daerah pemijahan (spawning ground), tempat pengasuhan (nursery ground),
tempat mencari makan (feeding ground), dan daerah pembesaran (rearing ground)
bagi biota ekonomis penting. Selain dari peranan tersebut, terumbu karang juga
memiliki peran sebagai pemecah gelombang, pencegah abrasi pantai, dan ekosistem
penghalang gelombang menuju ke pesisir pantai untuk menjaga stabilitas pantai.
Ekosistem mangrove
selain sebagai habitat bagi flora dan fauna berinteraksi, ekosistem ini juga
mempunyai peran dalam menjaga kejernihan perairan melalui perakarannya untuk
menjebak atau perangkap sedimen dari darat. Fungsi ekosistem mangrove dalam
menjaga sedimentasi ini secara langsung memjaga kehidupan ekosistem terumbu
karang sehingga terhindar dari kerusakan dan pemutihan terumbu karang akibat
endapat sedimentasi dan menjaga biota lain seperti ikan karang agar terhindar
dari paparan sedimen yang dapat menyebabkan kematian. Hal tersebut di pengaruhi
oleh tingkat kerapatan dari hutan mangrove tersebut. Semakin tinggi tingkat
kerapatan hutan mangrove, maka laju sedimentasi ke perairan semakin rendah,
sebaliknya jika tingkat kerapatannya rendah, maka laju sedimentasina semakin
tinggi.
Potensi terumbu karang
di wilayah-wilayah pantai di Indonesia
beserta keanekaragaman biotanya menyebabkan berkembangnya kegiatan
budidaya dan wisata bahari. Berbagai potensi yang dimiliki di perairan ini
tidak terlepas dari kualitas perairan dalam kaitannya dengan kehidupan terumbu
karang yang ada di perairan tersebut. Namun, saat ini kualitas ekosistem terumbu
karang dan ekosistem laut dangkal lainnya mulai terancam karenapengaruh dan
tekanan perubahan lingkungan baik yang ditimbulkan oleh aktifitas manusia atau
secara alami.
Pengamatan kualitas
perairan merupakan salah satu faktor yang sangat penting terhadap kehidupan
terumbu karang. Karena kualitas perairan yang cocok merupakan salah satu
fasilitas yang memungkinkan terumbu karang dapat hidup, tumbuh dan berkembang
dengan baik, begitu pula dengan berbagai flora dan fauna yang hidup didalamnya.
Penelitian tentang kondisi hidrologi dalam kaitannya dengan kondisi terumbu
karang di perairan pulau-pulau di Indonesia.
Pemantauan kondisi hidrologi dilakukan secara in situ seperti
yang dilakukan di Perairan Pulau Talise, Sulawesi Utara menggunakan metode
Transek dengan menguji beberapa variabel diantaranya suhu, salinitas,
kecerahan, pH dan oksigen terlarut. Suhu air laut diukur dengan menggunakan
thermometer GMK-910T, nilai suhunya dinyatakan dalam derajat Celsius (oC).
Salinitas diamati dengan menggunakan Atago hand refractometer, nilainya
dinyatakan dalam per mil (o/oo). Kecerahan air laut diukur dengan cakram (sechi
disk), pH air laut diukur dengan menggunakan pH meter AZ 8563. Kadar oksigen
terlarut ditentukan dengan cara metoda elektrokimia menggunakan alat DO meter
AZ 8563 dan nilainya dinyatakan dalam ppm. Untuk pengukuran kadar fosfat dan
nitrat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri. Sampel air laut
yang telah diambil dibawa ke Labaratorium WLN-Manado untuk dianalisa dengan
menggunakan alat spektrofotometer ‘Nicolet Evolution 100’ seperti yang
diterangkan dalam APHA, AWWA, WEF (2005), dan nilainya dinyatakan dalam mg/l.
Pengambilan data karang dilakukan dengan menggunakan metode transek garis
(Loya, 1972) dengan beberapa penyesuaian.
Diharapkan dengan
mengetahui kondisi perairan dan hidrologi Indonesia, Tingkat Keragaman pada
Ekosistem perairan laut dangkat seperti terumbu karang dan mangrove dapat tetap
terjaga. Keberadaan setiap ekostem terjaga karena keterkaitan di dalamnya.
Untuk itu sebagai mahluk bumi, marilah saling menjaga satu sama lain. Terutaman
di negara Indonesia yang kita cintai ini.
Referensi:
Souhoka, J., Patty,
S. 2013. Pemantauan Kondisi Hidrologi
Dalam Kaitannya Dengan Kondisi Terumbu Karang Di Perairan Pulau Talise,
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 1. No. 3. Hal. 2302-3589.
Petra, J.L.,
Sastrawibawa, S., Riyantini, I. 2012. Pengaruh
Kepadatan Mangrove Terhadap Laju Sedimentasi Transpor di Pantai Karangsong
Kabupaten Indramayu. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 3. Hal.
329-337.
Supriyadi, I.H., dkk. 2017. Kondisi Terumbu Karang, Lamun Dan Mangrove Di Suakaalam Perairan
Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
Vol. 23. No. 4. Hal. 241-252.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar