PERBEDAAN SEAWEED DENGAN SEAGRASS
Pada umumnya masyarakat
menganggap Lamun dan Rumput laut adalah hal yang sama, dengan kata lain rumput
laut termasuk lamun, maupun sebaliknya. Secara harfiah, rumput laut jika
ditranslasikan ke dalam Bahasa inggris adalah “seagrass” (sea: laut, grass:
rumput). Namun demikian, rumput laut yang dimaksud dalam konteks ini adalah
makroalga (macroalgae) atau biasa
disebut sebagai “seaweed”. Secara Botanipun yang dimaksud rumput laut adalah
lamun, sekelompok tumbuhan sejati anggota kelompok monokotil yang
telah beradaptasi dengan air laut. Namun, istilah tersebut tidaklah tepat
dalam kajian biologi dan taksonomi yang sebenarnya. Lamun dan rumpur laut
merupaka kelompok mahluk hidup yang berbeda.
Rumput laut (seaweed) merupakan salah satu tumbuhan laut
yang tergolong dalam makroalga bentik yang biasa hidup melekat di dasar
perairan. Seaweed merupakan ganggang laut yang tergolong dalam divisi Thallophyta. Klasifikasi seaweed
berdasarkan kandungan pigmen dibagi menjadi empat yaitu: Green algae (Chlorophyta), Red algae (Rhodophyta), Brown algae (Phaeophyta), Golden algae (Chrysophyta). Seaweed
tergolong tumbuhan kelas rendah karena merupakan kelompok tumbuhan yang
mempunyai sifat tidak bisa dibedakan antara bagian akar, batang, dan daun.
Seluruh bagian seaweed disebut thallus, dengan
bentuk yang bervariasi e.g. tabung, pipih, gepeng, rambut, dan sebagainya (Suparmi
dan Sahri 2009).
Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup terendam dalam
kolom air dan berkembang dengan baik di perairan laut dangkal dan
estuari. Tumbuhan lamun terdiri dari daun dan seludang, batang menjalar yang
biasanya disebut rimpang (rhizome), dan
akar yang tumbuh pada bagian rimpang. Sedangkan Rumput laut, sebenarnya adalah
algae laut (agar-agar atau ganggang) yang termasuk tumbuhan tingkat
rendah (Thallophyta) di laut.
Perbedaan
rumput laut dan lamun terlihat jelas dari bagian tubuhnya. Rumput laut tidak
memiliki batang, daun, maupun akar sejati. Tubuh rumput laut tersusun dari
bagian yang menyerupai batang disebut thallus dan bagian yang menyerupai akar
(holdfast). Rumput laut atau seaweed menghasilkan senyawa koloid yang disebut
fikokoloid i.e. agar, algin, atau karaginan. Sehingga pemanfaatan rumput laut
kearah yang lebih advance adalah sebagai bahan baku industri baik makanan,
kosmetik maupun farmaseutikal (Atmadja 1992; Kadi 2004).
Sedangkan lamun merupakan tumbuhan
tingkat tinggi (Angiospermae) sehingga memiliki akar, batang, dan daun. seagrassi
adalah tumbuhan tingkat tinggi (Antophyta) yang hidup dan terbenam di
lingkungan laut; berpembuluh, berdaun, berimpang (rhizome), berakar dan
berkembang biak secara generatif (biji) dan vegetatif (tunas). Sebelumnya (pada
era 60 – 70 an) nama umum tumbuhan ini disesuaikan dengan hewan
pengikut/pemangsanya.
Karakteristik ekologis padang lamun antara lain adalah :
1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir
2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di
dataran terumbu karang
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan
terlindung
4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
5. Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan
tubuhnya terbenam air termasuk daur generative
6. Mampu hidup di media air asin
7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik
Di Indonesia sendiri
terdapat berbagai julukan yang diberikan bagi seagrass ini seperti, eelgrass (Zostera marina), turtlegrass (Thallassia testudinium), manatee grass (Halodule
wrightii). Di Indonesia sendiri, seagrass memiliki
beberapa nama lokal, seperti rumput pama, oseng, samo-samo (Kepulauan Seribu),
sumput setu, setu laut (Kepulauan Riau), rumput anang (Sulawesi Selatan),
lalamong, ilalang laut, rumput gussumi, guhungiri, alinumang (Maluku), rumput
lela (Buton, Sulawesi Tenggara), atau rumput unas (Kalimantan Timur). Istilah lamun sendiri berasal istilah yang
gunakan oleh masyarakat pesisir Teluk Banten (Sjafrie et al. 2018).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar