Rabu, 25 Desember 2019

KELIMPAHAN, SEBARAN DAN HABITAT RUMPUT LAUT BERKHASIAT SEBAGAI OBAT


KELIMPAHAN, SEBARAN DAN HABITAT RUMPUT LAUT BERKHASIAT SEBAGAI OBAT

Dari berbagai jenis rumput laut yang terdapat di seluruh dunia yang berkhasiat sebagai obat, ternyata beberapa marga di antaranya merupakan marga yang terdapat umum tumbuh dan tersebar luas di perairan laut Indonesia. Marga-marga tersebut antara lain adalah Acanthophora, Gracilaria, Gelidium, Hypnea, Sargassum, Codium, Halimeda dan Ulva. Rumput laut tersebut umumnya tumbuh menempel pada batu di perairan pantai pasang-surut termasuk di daerah terumbu karang, kecuali Codium dan Caulerpa yang dapat tumbuh pula pada beberapa substrat selain batu misalnya pasir dan lumpur di daerah yang agak terlindung. Stylophora yang diinformasikan sebagai obat penyakit jantung terdapat pula di peraiaran laut Indonesia niisalnya di Kepulauan Seribu. Sementara itu Ulva yang berkhasiat untuk obat darah tinggi dapat dijumpai di Bali dan di Cilurah. Pertumbuhan Stylophora tersebut umumnya sebagai "tumbuhan bawah" di daerah Sargassum, sedangkan Ulva selain tumbuh menempel pada batu sebagai penempel pada rumput laut lainnya.
Karena Ulva umumnya memiliki thaflus yang berupa lembaran tipis dan kurang kuat menempel pada substratnya maka ia sering dijumpai terdampar di pantai. Kelimpahan beberapa jenis rumput laut tersebut di atas menurut kepadatan biomassanya. Biomassa pada rumput laut berkaitan erat dengan sifat substansi thallinya. Jenis-jenis yang niempunyai substansi thallus agak padat dan keras seperti pada Halimeda dan Gracilaria, umumnya niempunyai kepadatan biomassa yang tinggi dibandingkan dengan jenis-jenis yang thallinya bersifat ringan dan lunak seperti pada Hypnea, Ulva dan Dictyota yang umumnya berkepadatan biomassa rendah walaupun kelimpahan individunya tinggi (Atmadja, 1985).
Algae bentik yang berukuran makro yang di Indonesia biasa disebut rumput laut, pemanfaatannya sebagai bahan makanan dan industri sudah banyak dilakukan di Indonesia. Beberapa jenis penghasil agar seperti Gracilaria spp. dan Gelidium spp. dan penghasil karaginan yaitu Eucheuma spp. telah banyak diproduksi di Indonesia baik dari sediaan alami maupun dari budidaya. Produksi rumput laut tersebut dewasa ini kebanyakan dipergunakan untuk bahan baku industri agar dalam negeri dan untuk bahan dagangan ekspor. Sebagian kecil produksi rumput laut yang lainnya antara lain Hypnea spp.,  Caulerpa  spp. dan Ulva spp. dipergunakan   sebagai  bahan  makanan manusia dan ternak secara lokal. Beberapa jenis rumput laut dari berbagai marga telah diketahui berkhasiat sebagai obat. Sebagian besar di antaranya terdapat di Indonesia. Di Indonesia sendiri sebenarnya pemanfaatan rumput laut sebagai obat, telah terungkap sejak lama. Beberapa jenis rumput laut di Indonesia yang dapat dipergunakan sebagai obat. Namun karena penelitian, pengolahan dan minat ke arah itu belum berkembang di Indonesia, maka pemanfaatannya sampai saat ini masih sangat terbatas.
Rumput laut dari jenis-jenis Acanthophora spicifera, Padina spp. dan Hypnea spp, selain dapat tumbuh di dasar perairan, dapat juga tunibuh sebagai penempel pada benda-benda lain di laut misalnya pada tiang-tiang kayu, bambu dan beton. Dengan demikian menunjukkan bahwa" runiput laut tersebut niempunyai daya penyebaran spora yang luas dengan daya tahan hidup yang tinggi serta daya lekat yang kuat dan cepat pada berbagai substrat sehingga mudah tumbuh dengan berlimpah. Hal ini akan mempermudah dalam perolehan produksi dan pengembangannya apabila suatu saat dibutuhkan. Sebaliknya untuk rumput laut jenis lain seperti Gracilaria, Gelidium, Sargassum, Halimeda, dan Caulerpa jarang dijumpai sebagai penempel. Untuk pengembangan produksinya apabila rumput laut jenis tersebut dibutuhkan dalam jumlah besar, tentunya harus diupayakan melalui budidaya dengan teknik-teknik tertentu. Misalnya untuk Gracilaria dapat ditanam dengan sistem rakit apung dan lepas dasar di perairan pantai dan tambak. Kecepatan tumbuh berat rata-rata hariannya dapat mencapai 4% di perairan pantai atau goba (lagoon) dan 3% di perairan tanibak (Sulistijo 1985).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar