Kerusakan Terumbu Karang di Indonesia
Terumbu karang
merupakan ekosistem yang sangat peka dan sensitif. Jangankan dirusak, hanya
diambil sebuah pun keutuhannya akan terganggu hal ini disebabkan oleh adanya
saling ketergantungan antara ribuan makhluk yang ada di dalam terumbu karang
tersebut. Proses terciptanya pun tidak mudah, dibutuhkan waktu berjuta-juta
tahun hingga terbentuk secara utuh. Diperkirakan terumbu karang di Indonesia
terbentuk sejak 450 tahun silam Dalam kajian ekologi hewan, terumbu karang
tersusun atas hewan-hewan karang yang menujukkan respon yang sangat peka
terhadap perubahan lingkungan. Perubahan lingkungan yang dimaksud antara lain
kecepatan arus, suhu, dan intensitas cahaya. Oleh karena itu, apabila terjadi
kerusakan pada terumbu karang akan berpotensi menimbulkan kerusakan pada
lingkungannya.
Perbedaan kondisi
terumbu karang memiliki kaitan erat dengan kondisi lingkungan masing- masing
wilayah. Wilayah tengah dan timur memiliki kondisi terumbu karang yang lebih
baik karena merupakan jalur Arus Lintas Indonesia (Arlindo) di mana arus yang
berasal dari Pasifik membawa banyak larva dan kaya akan nutrien. Hal ini akan
membuat daerah-daerah yang dilalui mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan
kondisi habitat yang baik.
Kerusakan terumbu karang yang
terjadi di Indonesia sangat memprihatinkan mengingat pembentukan terumbu karang
memerlukan waktu yang sangat lama. Sebagaimana informasi dari COREMAP-CTI tentang
terumbu karang, bahwa hewan karang mampu membentuk zat yang keras dari zat
kapur yang disebut sebagai karang. Hewan karang merupakan pembentuk utama
ekosistem terumbu karang, berukuran sangat kecil, disebut polip, yang dalam
jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau
karang lunak) atau koral. Proses pembentukan sebuah koloni memakan waktu yang
sangat lama, dan untuk bisa membentuk suatu ekosistem terumbu karang akan
memakan waktu sampai ribuan tahun. Walaupun terlihat sangat kokoh, karang
sebenarnya sangat rapuh dan mudah hancur.
Penurunan kualitas maupun jumlah terumbu karang
di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor. Kerusakan terumbu karang dapat
disebabkan oleh penangkapan ikan-ikan di laut dengan bahan peledak maupun bahan
kimia, pelemparan jangkar kapal yang dapat merusak struktur terumbu karang,
pencemaran air laut dan eksploitasi terumbu karang untuk keperluan manusia.
Penyebab lain yaitu kerusakan hutan mangrove sehingga terjadi sedimentasi yang
akan mengurangi intensitas cahaya matahari di wilayah terumbu karang, serta
pemanasan global yang mengakibatkan terumbu karang mengalami pemutihan hingga
akhirnya mati. Perkembangan sektor pariwisata juga mendorong kerusakan terumbu
karang.
Menanggapi kondisi terumbu karang yang
semakin lama semakin menurun kualitas maupun kuantitasnya, maka upaya
konservasi terumbu karang perlu ditingkatkan dalam rangka memperbaiki dan
menjaga kelestarian terumbu karang. Berdasarkan sudut pandang ekologi hewan,
upaya konservasi yang dipandang tepat salah satunya dengan meningkatkan jumlah
populasi karang dan meningkatkan jumlah ikan-ikan karang.
Peningkatan populasi
karang dapat dilakukan dengan membiarkan benih karang yang menempel pada
permukaan benda yang bersih dan halus dengan pori-pori kecil untuk berlindung,
transplantasi karang untuk menambah migrasi, serta mengurangi tingkat kematian
karang dengan meminimalisir ancaman kerusakan akibat aktivitas manusia.
Sedangkan peningkatan jumlah ikan karang dilakukan dengan meningkatkan ikan
herbivora dan merehabilitasi padang lamun sebagai pelindung bagi ikan-ikan
kecil. Gangguan manusia terhadap terumbu karang sangat
menentukan kondisi terumbu karang itu sendiri.
Penggunaan alat tangkap yang
merusak dan peningkatan pencemaran memperburuk kondisi terumbu karang.
Frekwensi pemutihan karang yang semakin rapat juga menambah potensi ancaman
pada kondisi terumbu karang. Akibat kematian karang, biota penghuni karang
seperti ikan kerapu dan ikan karang sebai bahan pangan pun ikut menghilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar